Pentingnya Uji Klorida dalam Air Limbah
Uji klorida merupakan salah satu analisis penting dalam pengendalian kualitas air limbah. Kadar klorida yang tinggi dapat menunjukkan adanya pencemaran dari sumber garam, proses industri kimia, atau kegiatan domestik seperti penggunaan deterjen.
Ion klorida (Cl⁻) bersifat konservatif, artinya sulit diuraikan dalam proses biologis sehingga akumulasinya dapat meningkatkan salinitas air dan mengganggu efisiensi proses di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Selain klorida, pengujian sulfat (SO₄²⁻) dan Total Dissolved Solids (TDS) juga penting untuk mengetahui total zat padat terlarut dan potensi korosi pada sistem perpipaan IPAL.

Regulasi dan Baku Mutu Klorida, Sulfat, dan TDS
Parameter ini termasuk dalam baku mutu air limbah sesuai:
- Permen LHK No. 11 Tahun 2025 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik dan Standar Teknologi Pengolahan Air Limbah
- Permen LHK No. 5 Tahun 2014 untuk industri non-domestik
Batas maksimum kadar (mg/L):
| Parameter | Baku Mutu (Domestik) | Baku Mutu (Industri) |
|---|---|---|
| Klorida (Cl⁻) | 250 | 400 |
| Sulfat (SO₄²⁻) | 400 | 600 |
| TDS | 2.000 | 3.000 |
Kepatuhan terhadap batas ini membantu mencegah salinitas berlebih di sungai dan menjaga efisiensi proses biologis pada sistem pengolahan air limbah.
Metode Analisis Uji Klorida, Sulfat, dan TDS
Laboratorium lingkungan seperti Ekalab melakukan pengujian dengan metode berdasarkan SNI dan APHA, yaitu:
🔹 Uji Klorida
- Metode: Argentometri (SNI 06-6989.19-2004 / APHA 4500-Cl⁻ B)
- Prinsip: Pengendapan ion klorida dengan larutan perak nitrat (AgNO₃) menggunakan indikator kromat (K₂CrO₄).
🔹 Uji Sulfat
- Metode: Turbidimetri (SNI 06-6989.20-2009 / APHA 4500-SO₄²⁻ E)
- Prinsip: Pembentukan kekeruhan akibat reaksi ion sulfat dengan barium klorida (BaCl₂), kemudian diukur dengan spektrofotometer.
🔹 Uji TDS
- Metode: Gravimetri (SNI 06-6989.27-2005 / APHA 2540 C)
- Prinsip: Penguapan air sampel hingga tersisa padatan terlarut, kemudian ditimbang untuk menentukan kadar mg/L.
Hasil uji disajikan dalam bentuk tabel, lengkap dengan perbandingan terhadap baku mutu untuk memastikan kelayakan pembuangan limbah ke badan air.
Dampak Kadar Klorida, Sulfat, dan TDS Tinggi
Kadar klorida dan sulfat yang berlebih dapat mengakibatkan:
- Korosi pada sistem perpipaan dan peralatan IPAL.
- Penurunan efisiensi proses biologi, terutama bagi mikroorganisme anaerobik.
- Gangguan estetika pada air permukaan karena rasa asin dan peningkatan konduktivitas listrik.
- Penurunan kualitas tanah dan tanaman, terutama di sekitar area irigasi limbah.
Dengan demikian, pemantauan parameter ini membantu industri menghindari kerusakan fasilitas dan menjaga keberlanjutan sistem pengolahan limbah.
Keunggulan Ekalab dalam Pengujian Klorida
Sebagai laboratorium lingkungan terakreditasi KAN ISO 17025, Ekalab memiliki keunggulan:
- Metode pengujian sesuai SNI dan APHA.
- Analisis cepat, presisi, dan dapat ditelusuri.
- Laporan hasil sah dan diakui oleh regulator (KLHK & PROPER).
- Tim sampling berpengalaman dengan jangkauan nasional.
Ekalab membantu memastikan hasil uji klorida, sulfat, dan TDS Anda akurat, cepat, dan memenuhi persyaratan baku mutu.
FAQ: Pertanyaan Umum
1. Mengapa kadar klorida harus diuji secara rutin?
Karena klorida sulit diuraikan dan dapat menurunkan efisiensi proses pengolahan air limbah.
2. Apakah uji TDS dan konduktivitas saling berkaitan?
Ya. Keduanya berhubungan langsung; TDS tinggi biasanya berarti konduktivitas listrik tinggi.
3. Seberapa sering pengujian dilakukan?
Idealnya dilakukan setiap 3 bulan atau sesuai frekuensi pelaporan lingkungan.
4. Apakah Ekalab bisa membantu pengambilan sampel di lapangan?
Ya. Tim Ekalab siap melakukan sampling di seluruh wilayah Indonesia dengan prosedur sesuai standar KAN ISO 17025.
Hubungi Kami
Laboratorium Lingkungan Ekalab
Terakreditasi KAN ISO/IEC 17025:2017